Terima kasih atas kunjungan Anda, kami menyajikan berbagai informasi terkini tentang CSR...

24 Maret 2009

Direktur UKM Center FE-UI Dr Ir Nining I Soesilo MA, Penggerak Ekonomi Rakyat

. 24 Maret 2009

Di saat Indonesia mengalami krisis moneter dan berlanjut menjadi krisis multidimensi pada 1998, telah terbukti bahwa usaha kecil mikro (UKM) menjadi sektor yang tahan terhadap guncangan perekonomian. Disadari pula bahwa UKM adalah tulang punggung penggerak ekonomi rakyat pada sektor riil dan merupakan cara yang efektif untuk menanggulangi kemiskinan.

Namun sayang, UKM kini masih dipandang sebelah mata oleh perbankan. "Padahal di tangan UKM inilah perekonomian Indonesia bisa tahan banting menghadapi krisis," kata Direktur UKM Center Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE-UI) Dr Ir Nining I Soesilo MA, di Jakarta, pekan lalu.
Nining yang merupakan istri Sekretaris Menko Kesra, Indroyono Soesilo, dan kakak Plt Menko Perkonomian dan Menteri Keuangan Sri Mulyani ini mengemukakan, menyadari bahwa UKM tahan banting menghadapi krisis, maka FEUI pada tahun 2005 mendirikan UKM Center.
"Waktu ditunjuk menjadi Ketua UKM Center, saya berpikir tidak semua orang mau dan bisa terjun di sana karena harus ada empati. Setelah merenung beberapa lama, maka jabatan itu saya terima dengan catatan, saya tidak dihalangi untuk menjadikan UKM Center ini menjadi besar. Saya minta keleluasaan. Inilah PR yang akan tidak selesai," kata salah satu kandidat Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini.
Menurut Nining, pendirian UKM Center di FEUI pada 2005 merupakan salah satu upaya penjabaran pengabdian masyarakat dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang juga dilatar belakangi oleh tuntutan integritas moral dan etika.
Hal ini dilakukan karena FEUI sudah sejak lama menyadari bahwa usaha kecil mikro (UKM) adalah tulang punggung penggerak roda ekonomi rakyat, yang bergerak pada sektor riil dan merupakan cara yang efektif untuk menanggulangi kemiskinan. Telah terbukti bahwa UKM menjadi sektor yang tahan terhadap guncangan perekonomian.
"Dengan hadirnya UKM Center maka optimalisasi potensi sumber daya yang dimiliki FEUI untuk mengembangkan UKM di Indonesia menjadi semakin besar dan luas jangkauannya," katanya.
Adapun misi UKM Center FE-UI adalah melakukan pemberdayaan bisnis usaha kecil dan mikro, mendorong kewirausahaan masyarakat dan kesinambungan bisnis, membuat advokasi, monitoring dan evaluasi kebijakan.
Pada awal berdirinya UKM Center FE-UI, menurut Nining, banyak kendala yang ditemui. Mulai dari tidak boleh membuat rekening sendiri sampai uang pribadi hilang. "Bahkan, saya tidak mengambil gaji selama setahun," kata Nining.
Perlahan tapi pasti, UKM Center FE-UI akhirnya berjalan dengan mengerjakan project teknik. Dari situlah akhirnya UKM Center FE-UI bisa memiliki sekretaris, manajer keuangan, dan lainnya. Project yang pertama adalah membuat Global Micro Entrepreneurship bekerja sama dengan UNDP dan Citibank.
Kini UKM Center FE-UI giat membina UKM di berbagai daerah, seperti UKM di Yogyakarta serta UKM-UKM yang ada di perguruan tinggi, seperti UKM Center Universitas Syah Kuala Aceh. "Sekarang banyak kampus antre, di antaranya Banten, Semarang, Bali, dan Lampung," katanya.
Nining yang dikaruniai tiga orang anak, yaitu Ostiawan Yudiantoro SE Ak, Dwiyani Indraningsri SS, dan Trihandoyo, ini berharap, dalam lima tahun ke depan UKM Indonesia akan lebih maju. Sekarang ini keberpihakan pemerintah kepada UKM melalui kebijakan-kebijakannya di kredit usaha rakyat (KUR) sudah mulai terlihat hasilnya. CSR perusahaan nasional dan swasta sekarang juga banyak yang ke UKM.
Program KUR diluncurkan oleh pemerintah sebagai upaya penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan dan pengembangan UMKM dan koperasi. Program KUR dipandang sebagai jalan yang efektif untuk membuka akses permodalan bagi pengusaha UMKMK untuk mengembangkan usahanya.
Melalui KUR ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan bagi pengusaha UMKM dan koperasi kepada rentenir dan mendorong peluang munculnya usaha baru yang dapat meningkatkan masyarakat dan menurunkan tingkat pengangguran.
Menurut Nining, KUR ini konsepnya kredit dengan penjaminan. Ini berbeda dengan kredit usaha tani yang dulu. Kredit dengan penjaminan ini dinilai lebih baik secara konsep karena dibarengi oleh kehati-hatian bank. "Kalau KUR kan keputusan di bank, kalau kredit usaha tani di kementerian, jadi ada moral hazzard. Kalau bank kan lebih hati-hati, secara konsep sudah bagus," katanya.
Secara nasional pelaksanaan program KUR hingga saat ini telah berjalan baik. Hingga akhir Februari 2009 telah terealisasi sebesar Rp 13,129 triliun untuk 1.771.891 debitor dengan rata-rata kredit Rp 7,41 juta per nasabah.
Pada tahun 2009 ini pemerintah menyediakan dana penjaminan untuk program KUR sebesar Rp 24 triliun. Karena itu, Menko Kesra Aburizal Bakrie mengharapkan kepada para pemimpin bank pelaksana program KUR agar menyalurkan KUR lebih banyak lagi kepada masyarakat yang hanya memerlukan modal sampai dengan Rp 5 juta ke bawah.
Dengan cara ini, UMKM dan koperasi dapat menggerakkan usahanya. Kalau usaha mereka bergerak, hampir pasti kesejahteraan rakyat meningkat, pengangguran berkurang, dan kemiskinan juga berkurang. Semoga! (Singgih BS)

Sumber: Suara Karya

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Mudah2an niat baik untuk menumbuh kembangkan ekonomi kerakyatan menjadi kenyataan, sehingga FEUI tidak dijuluki penghasil ekonom yang kapitalistik dan neoliberal, tetapi yang peduli dengan pergerakan koperasi dan UKM sesuai amanat Pancasila dan ps 33 UUD 45. Semoga sukses

D01D mengatakan...

Kalau tidak salah September ini UKM Center akan mengadakan acara UKM&CSR Go to Campus. Itu acara besar yang bermanfaat, saya pasti datang.

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com